Minggu, 04 Januari 2009

Kepemimpinan

PEMIMPIN dari NEGERI CINA

Analisa Kepemimpinan

SHIH HUANG TI 259 SM-210 SM

Oleh: Dyah Permatasari


Kaisar Cina yang besar Shih Huang Ti dari tahun 238-210 SM menyatukan Cina dengan kekuatan senjata dan meletakkan dasar perombakan-perombakan. Perombakan ini merupakan faktor utama dalam penyatuan kultural Tiongkok hingga kini.

Shih Huang Ti (juga terkenal dengan julukan Ch'in Shih Huang Ti) dilahirkan tahun 259 SM dan wafat tahun 210 SM. Dia lahir di penghujung tahun dinasti Chou yang didirikan sekitar 1100 SM. Berabad sebelum masanya, dinasti Chou sudah kehilangan keampuhannya selaku penguasa, dan Cina terpecah belah menjadi banyak sekali negara-negara feodal.

Bisa jadi akibat berpegang pada ide legalis, bisa jadi juga karena letak posisi geografisnya, atau bisa jadi berkat kemampuan kepemimpinan Ch'in, negeri itu menjadi negeri paling kuat diantara negeri-negeri kerajaan di Cina pada saat Cheng (keturunan Shih Huang Ti di masa depan) lahir. Secara simbolis Cheng naik tahta pada tahun 246 SM pada umur tigabelas tahun tetapi dalam praktek sebuah dewan memegang pemerintahan hingga Cheng cukup dewasa di tahun 238 SM. Raja baru itu mengangkat jendral-jendral yang berkemampuan dan dengan semangat berkobar-kobar mengganyang negeri-negeri feodal yang masih tinggal. Negeri feodal terakhir rontok tahun 221 SM dan sesudah itu dia bisa memproklamirkan diri selaku Wang (raja) seluruh Cina. Sekedar memberi bobot, dalam rangka usahanya memutus hubungan dengan masa lampau, dia memakai gelar baru dan menyebut dirinya Shih Huang Ti yang maknanya "Kaisar pertama."

Shih Huang Ti segera bergegas melakukan perubahan-perubahan besar. Berdasar tekad mencegah cerai-berainya lagi Cina yang telah merusakkan kerajaan Chou, dia memutuskan menghapus habis seluruh sistem pemerintahan feodal. Wilayah yang dikuasainya dibagi-baginya menjadi 36 propinsi, dan pada tiap propinsi diangkat seorang gubernur sipil yang langsung ditunjuk oleh kaisar. Shih Huang Ti mengeluarkan dekrit bahwa gubernur propinsi tidaklah lagi berdasar keturunan. Akibat dari keputusan ini, terjadilah kebiasaan memindah-mindahkan gubernur dari satu propinsi ke propinsi lain untuk mencegah kemungkinan timbulnya pejabat daerah yang ambisius dan menyusun basis kekuatan untuk kepentingan dirinya sendiri. Tiap propinsi juga punya pimpinan militer, ditunjuk oleh kaisar dan sewaktu-waktu bisa dipindah kapan saja dia berkenan. Di samping itu ditunjuknya pula pejabat ketiga untuk memelihara keseimbangan antara gubernur sipil dan gubernur militer. Dia membangun jalan raya yang panjang dan rapi menghubungkan ibukota dengan kota-kota propinsi. Jalan raya itu dibangun sedemikian rupa --di samping arti ekonomisnya-- juga sewaktu-waktu dapat digunakan untuk gerakan tentara pusat ke daerah-daerah yang kalau-kalau banyak tingkah dan coba-coba bikin ulah yang bisa mengganggu keutuhan dan kestabilan kekuatan pusat. Shih Huang Ti pun tak lupa mengumumkan aturan bagi aristokrat-aristokrat lama yang masih hidup harus menetap di ibukota Hsieng yang dengan maksud supaya mereka dapat dengan mudah diawasi gerak-geriknya.

Tetapi, Shih Huang Ti tidaklah puas hingga di situ. Dia tidak puas hanya sampai urusan persatuan politik dan militer semata, tetapi juga berusaha menggalang kesatuan ekonominya. Dia menentukan norma-norma ukuran baik untuk berat timbangan maupun panjang sesuatu barang. Dia menetapkan standar mata uang, macam-macam peralatan, lebar serta panjang kendaraan dan mengawasi konstruksi jalan raya dan saluran-saluran air. Dan dia juga menetapkan sistem hukum yang seragam untuk seluruh Cina berikut standar bahasa tulisan.

Perbuatan kaisar yang paling termasyhur (atau barangkali yang paling tidak populer) adalah peraturan yang dikeluarkannya tahun 213 SM yang mengharuskan bakar semua buku di Cina, kecuali buku-buku yang berkaitan dengan masalah pertanian, kedokteran, catatan sejarah mengenai negara Ch'in dan buku-buku falsafah yang ditulis oleh pengarang-pengarang penganut faham legalis. Selebihnya –tidak kecuali buku-buku doktrin Kong Hu-Cu– mesti dimusnahkan. Dengan dikeluarkannya aturan yang kelewatan ini mungkin merupakan contoh pertama adanya sensor besar-besaran dalam sejarah. Dia bermaksud melabrak habis filosofi-filosofi lawannya, khususnya faham Kong Hu-Cu. Tetapi, Shih Huang Ti memerintahkan mengkopi buku-buku yang dilarang dan disimpan di perpustakaan di ibukota.

Politik luar negerinya tak kurang keras serta kuatnya. Dia melakukan penaklukan di bagian selatan Cina, dan daerah-daerah yang ditaklukkan dimasukkan ke dalam wilayah Cina. Juga di utara dan di barat pasukannya berhasil, namun dia tidak mampu menundukkan penduduknya secara permanen. Untuk mencegah jangan sampai mereka menyerang Cina, Shih Huang Ti menghubungkan pelbagai dinding lokal yang memang sudah ada di perbatasan Cina Utara sehingga menjadi jalur tembok raksasa. Tembok besar Cina itu masih utuh terdapat hingga kini. Konstruksi proyek ini berikut pertempuran-pertempuran dengan pihak luar, membebankan penduduk dengan pajak tinggi, dan ini membuatnya tidak populer. Karena pemberontakan melawan pemerintahan tangan besinya tidak mungkin, serangkaian perbuatan dilakukan orang untuk menghabiskan nyawanya. Tetapi, tak satu pun usaha pembunuhan ini yang berhasil, dan Shih Huang Ti mati secara wajar tahun 210 SM.


TINJAUAN PUSTAKA

  1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan.


  1. Teori Kepemimpinan

Dalam buku Psikologi dan Perusahaan, karangan Panji Anorogo dan Ninik Widiyandi, 1990, hal. 131-132, terdapat 3 Teori yang menjelaskan munculnya kepemimpinan yaitu:

  1. Teori Genetis. Teori ini menyatakan bahwa pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakat-bakatnya yang luar biasa sejak lahir. Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin, dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga.

  2. Teori Sosial. Teori ini menyatakan bahwa pemimpin-pemimpin itu harus disiapkan dan dibentuk, tidak terlahirkan saja. Setiap orang dapat menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan.

  3. Teori Ekologis. Teori ini menyatakan bahwa seseorang akan sukses menjadi pemimpin, bila sejak lahir dia telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan, sesuai dengan tuntutan lingkungannya.

Sedangkan dalam Perilaku Organisasi edisi Bahasa Indonesia, karangan Stephen P. Robbins, 1996, saya menemukan banyak teori kepemimpinan lainnya, namun yang akan saya gunakan adalah Teori Situasional Hersey dan Blanchard serta Teori Kepemimpinan Karismatik.

    1. Teori Situasional Herley dan Blanchard

Kepemimpinan situasional merupakan suatu teori kemungkinan yang memfokuskan pada para pengikut. Kepemimpinan yang berhasil dicapai dengan memilih gaya kepemimpinan yang tepat, yang menurut argumen Hersey dan Blanchard bersifat tergantung pada tingkat kesiapan atau kedewasaan para pengikutnya.

Kepemimpinan situasional menggunakan dua dimensi kepemimpinan yaitu perilaku tugas dan hubungan. Masing-masing dimensi dimensi dianggap sebagai tinggi atau rendah dan kemudian menggabungkan semuanya menjadi empat perilaku pemimpin yang spesifik yaitu: mengatakan, menjual, berperan serta, dan mendelegasikan (telling, selling, participating, delegating).

    1. Teori Kepemimpinan Karismatik

Teori ini mengemukakan bahwa para pengikut membuat atribusi (penghubungan) dari kemampuan kepemimpinan yang heroik atau luar biasa bila mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu. Telaah mengenai kepemimpinan kharismatik sebagian besar telah diarahkan pada mengidentifikasi perilaku-perilaku yang membedakan pemimpin karismatik dari padanan mereka yang nonkarismatik.

Karakter utama dari pemimpin Karismatik:

    • Percaya diri. Mereka benar-benar percaya akan penilaian dan kemampuan mereka.

    • Suatu visi. Ini merupakan tujuan ideal yang mengajukan suatu masa depan yang lebih baik daripada status quo. Makin besar disparitas (simpangan) antara tujuan ideal ini dan status quo, makin besar kemungkinan bahwa pengikut akan menghubungkan visi yang luar biasa itu pada si pemimpin.

    • Kemampuan mengungkapkan visi dengan gamblang. Mereka mampu memperjelas dan menyatakan visi dalam kata-kata yang dapat dipahami orang lain. Artikulasi ini menunjukkkan pemahaman akan kebutuhan para pengikut dan, karenanya, bertindak sebagai suatu kekuatan motivasi.

    • Keyakinan kuat mengenai visi itu. Pemimpin karismatik sebagai berkomitmen kuat, dan bersedia mengambil risiko pribadi yang tinggi, mengeluarkan biaya tinggi, dan melibatkan diri dalam pengorbanan mencapai visi itu.

    • Perilaku yang diluar aturan. Mereka dengan karisma ikut serta dalam perilaku yang dipahami sebagai baru, tidak konvensional, dan berlawanan dengan norma-norma. Bila berhasil, perilaku ini menimbulkan kejutan dan kekaguman para pengikut.

    • Dipahami sebagai seorang agen perubahan. Pemimpin karismatik dipahami sebagai agen perubahan yang radikal bukannya sebagai status quo.

    • Kepekaan lingkungan. Pemimpin ini mampu membuat penilaian yang realistis terhadap kendala lingkungan dan sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan perubahan.

  1. Sebelas Asas Kepemimpinan Warisan Nenek Moyang (dalam buku Dalam Psikologi dan Perusahaan, karangan Panji Anorogo dan Ninik Widiyandi, 1990, hal. 117):

  1. Taqwa.---- tawakal

  2. Ing ngarso sung tulodo

  3. Ing madyo mangun karso

  4. Tut wuri handayani

  5. Waspada Purba Wasesa: senantiasa waspada mengawasi serta sanggup dan berani memberi koreksi kepada anak buah.

  6. Ambeg Paramarta: mampu memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.

  7. Prasaja: tingkah laku sederhana, tidak over acting

  8. Satya: sikap setia secara timbal balik antara atasan dengan bawahan.

  9. Gemi Nastiti: keadaan dan kesadaran serta kemampuan untuk pengendalian pengeluaran/penggunaan segala sesuatu kepada hal-hal yang memang benar diperlukan.

  10. Blaka: kemauan, keterbukaan, kerelaan dan kebenaran untuk bertanggung jawab.

  11. Legawa: kerelaan dan keikhlasan untuk taat pada saat menyerahkan tanggung jawab serta kedudukannya kepada generasi berikutnya.


  1. Tipe Kepemimpinan

Daniel Goleman membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6 tipe kepemimpinan yaitu :

  1. Visionary, kepemimpinan yang memiliki Visi sehingga mampu membawa staf ketujuan bersama.

  2. Coaching, kepemimpinan yang memberikan kesempatan pengasuhan ataupun pembelajaran.

  3. Affiliate, kepemimpinan yang mengedepankan keharmonisan ataupun kerja sama antar fungsi.

  4. Democratic, kepemimpinan yang menghargai pendapat ataupun sudut pandang orang lain, sekalipun berbeda.

  5. Pacesetting, kepemimpinan yang mampu memberikan model pencapaian sehingga lebih membumi.

  6. Commanding, kepemimpinan yang dapat bersikap tegas serta berani mengambil resiko, jika diperlukan.

Dalam penerapannya ….kepemimpinan yang baik justru tidak dihasilkan oleh satu macam tipe kepemimpinan tertentu melainkan oleh kemampuan untuk tahu “kapan” menggunakan tipe kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang diperlukan.

Kepemimpinan bersifat unik, abstrak namun dinamis tergantung dari visi dan misi pribadi, pola interaksi serta kepribadian ybs., itu sebabnya kepemimpinan tidak dapat diukur secara kuantitatif.


ANALISIS KEPEMIMPINAN SHIH HUANG TI

Berdasarkan tipe kepemimpinan yang diutarakan oleh Daniel Goleman, Shih Huang Ti memiliki tipe kepemimpinan –yang dominan– ke arah tipe Visionary (kepemimpinan yang memiliki Visi sehingga mampu membawa staf ketujuan bersama) dan Commanding (kepemimpinan yang dapat bersikap tegas serta berani mengambil resiko, jika diperlukan).

Shih Huang Ti adalah pemimpin yang memiliki visi. Dari masa awal kepemimpinannya, terlihat jelas bahwa beliau ingin menyatukan Cina, hal ini terlihat dari kebijakan-kebijakan Beliau yang mengarah pada penghapusan habis seluruh sistem pemerintahan feodal. Berikut ini adalah kebijakan yang dimaksud:

  • Beliau membagi wilayah yang dikuasainya dibagi-baginya menjadi 36 propinsi, dan pada tiap propinsi diangkat seorang gubernur sipil yang langsung ditunjuk oleh kaisar.

  • Shih Huang Ti mengeluarkan dekrit bahwa gubernur propinsi tidaklah lagi berdasar keturunan.

  • Tiap propinsi juga punya pimpinan militer, ditunjuk oleh kaisar dan sewaktu-waktu bisa dipindah kapan saja dia berkenan.

  • Di samping itu ditunjuknya pula pejabat ketiga untuk memelihara keseimbangan antara gubernur sipil dan gubernur militer.

Selain itu, Shih Huang Ti juga mampu bersikap tegas terhadap gerakan-gerakan yang bermaksud untuk menghalangi pencapaian visinya untuk menyatukan Cina. Beliau juga mampu mengambil keputusan-keputusan besar yang tidak populer untuk mencapai tujuannya.

Kepemimpinan Shih Huang Ti, menunjukkan bahwa Beliau merupakan pemimpin yang kharismatik dan berperilaku direktif. Beliau memiliki kepercayaan diri, visi yang jelas (menyatukan Cina), kemampuan mengungkapkan visi dengan gamblang (melalui kebijakan-kebijakan yang diambil), keyakinan kuat mengenai visi, perilaku yang di luar aturan (pembakaran buku dan kebijakan lain yang kontroversial), seorang agen perubahan, dan memiliki kepekaan lingkungan. Selain itu, Shih Huang Ti merupakan sosok pemimpin yang berilaku direktif (mengarahkan) di dalam kepemimpinannya.


  • Kekuatan Kepemimpinan Shih Huang Ti

Kekuatan kepemimpinan sang Kaisar adalah:

  1. Memiliki visi yang jelas.

  2. Memiliki visi yang mengarah pada sebuah perubahan besar.

  3. Memiliki langkah-langkah yang jelas untuk mencapai visi tersebut.

  4. Memiliki sikap yang tegas dan berani menganggung resiko dalam pengambilan kebijakan.

  5. Memiliki strategi politik, militer dan ekonomi yang kuat yang menunjang pertahanan dan keamanan daerah kekuasaannya.

  • Kelemahan Kepemimpinan Shih Huang Ti

Kelemahan kepemimpinan sang Kaisar adalah:

  1. Langkah kebijakkan yang diambil terkadang melibatkan pengambilan keputusan yang tidak populer (pembakaran buku yang merupakan salah satu cara untuk menghapuskan paham Kong Hu Cu).

  2. Pembebanan pajak yang tinggi kepada masyarakat.

  3. Banyaknya pertempuran dengan pihak luar.

  • Simpulan

Shih Huang Ti merupakan sosok seorang pemimpin. Kemampuan Beliau mempengaruhi kelompok untuk mencapai sebuah tujuan (dalam hal ini penyatuan Cina) telah membawa sebuah perubahan besar bagi rakyat Cina. Bersatunya Cina dan berdirinya Tembok Raksasa Cina, yang merupakan simbol kekuatan Cina, menunjukkan sebuah kepemimpinan yang berhasil.

Kepemimpinan Shih Huang Ti didapat dari garis keturunan Beliau yang merupakan putra mahkota kaisar dan oleh didikan/bentukan lingkungan kerajaan tempat Beliau tumbuh (teori Ekologis). Kepemimpinan karismatik, yang terlihat dari kemampuan beliau membawa sebuah visi besar bagi rakyat Cina, telah menjadikan Beliau sebagai sosok pemimpin besar yang membawa Cina pada sebuah perubahan krusial. Seorang sosok pemimpin yang mengerti apa yang dibutuhkan oleh kelompoknya serta mampu merumuskan langkah untuk pemenuhan kebutuhan itu.

Diawali oleh penyongsongan visi perubahan dan langkah-langkah yang jelas untuk mencapai visi itu, Shih Huang Ti memulai kepemimpinannya dengan mengambil kebijakan untuk menghapuskan pemerintahan feodal di Cina melalui:

  • Pembagian wilayah yang dikuasainya dibagi-baginya menjadi 36 propinsi, dan pada tiap propinsi diangkat seorang gubernur sipil yang langsung ditunjuk oleh kaisar.

  • Pengeluaran dekrit bahwa gubernur propinsi tidaklah lagi berdasar keturunan.

  • Keputusan bahwa tiap propinsi juga punya pimpinan militer, ditunjuk oleh kaisar dan sewaktu-waktu bisa dipindah kapan saja dia berkenan.

  • Dan penunjukkan pejabat ketiga untuk memelihara keseimbangan antara gubernur sipil dan gubernur militer.

Langkah awal ini kemudian diikuti oleh langkah selanjutnya yang mendukung tercapainya visi.

Meskipun terdapat beberapa kekurangan dalam kepemimpinannya, namun kepemimpinan situasional dan kharismatik yang didapatkannya dari garis keturunan dan pembentukan lingkungan, melalui penentuan visi yang jelas serta langkah-langkah sistematis, telah membawa Beliau sebagai pemimpin yang berhasil serta membawa Cina pada perubahan tatanan negara yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Anorogo, P., Widiyanti, N. 1990. Psikologi dalam Perusahaan. Jakarta: Rineka Cipta.

Robbins, S.P. 1996. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Prenhallindo.

Hart, Mihael, H. 1978. Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dan Sejarah. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. (e-book yang diterjemahkan oleh H. Mahbub Djunaidi, 1982).

http://andreasagusw.wordpress.com/2007/08/20/tipe-kepemimpinan/

























2 komentar:

  1. Pemimpin sejati berbuat untuk kebenaran dan keadilan bukan utk kepentingan2 lain walaupun hal itulah yang bisa menyebabkan dirinya populer dan disukai.

    BalasHapus